Translate

Senin, 21 Mei 2012

Kisah Seorang Anak Penjual Kue

 
“Hal besar dilakukan oleh sejumlah hal-hal kecil yang dilakukan bersama”.

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan iapun menyatap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepda pemuda tersebut, “Pak, mau beli kue, Pak?”

Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “ Tidak, saya sedang makan”.

Anak kecil tersebut tidaklah putus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab “Tidak dik, saya sudah kenyang”.

Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan berinjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil berpikir “Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah”.

Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambun kehidupan yang serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan.

“Pak mau beli kue saya?”

Pemuda yang ditawarkan jari risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp.1.500,00 rupiah dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.

“Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekah dari saya buat adik”.

Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasih kepada orang lain.

“kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak mau ambil?”

Anak kecil penjaja kue tersenyuk lugu menjawab ”Saya sudah berjanji sama ibu dirumah ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang kerumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepda ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”.

Pemuda tadi jadi terhakum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa “Kerja itu adalah sebuah kehormatan kerja dihadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang, anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang kerumah ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.

Kemudian pemuda itu tadi memborong semua kue yang dijadikan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “Kerja adalah sebuah kehormatan” ia akan mendapatkan uang kalau is sudah bekerja dengan baik.
Cerita di atas bisa menyadarkan kita tentang arti pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk uang semata... Jangan sampai mata kita menjadi “hijau” karena uang sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki. Sekecil apapun profesi itu, kalo kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, pastilah akan berarti besar..



Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar

Komentar, tentang saran dan kritik sampaikan saja disini, Yang mau komentar kasar sebaiknya Jangan karena akan menimbulkan keributan Di blog ini.Bila ada yang mengcopy entri ini harus mencantumkan sumber blog ini ya.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Like Shared. Datang lagi ya

Thanks for coming on the blog Like Shared